Tuesday, August 7, 2007

SO OTHERS MAY LIVE

Maraknya kecelakaan kapal yang terjadi selama beberapa bulan ini sungguh sangat memprihatinkan bangsa kita. Bagaimana tidak? Saya baru sadar kalau untuk mengarungi samudera dengan kapal ternyata sama besar resikonya ketika naik pesawat atau alat tranportasi apapun. Nyawa semua penumpang dengan alat transportasi apapun di negeri ini (seharusnya) sama berharganya. Keprihatinan itu menginspirasi saya untuk menonton sebuah film berjudul Guardian. Seorang teman merekomendasikan film buatan tahun 2006 ini kepada saya, cocok dengan tema kecelakaan kapal baru-baru ini.
Jika diterjemahkan judulnya kira-kira berarti “Penjaga”. Diawali oleh sebuah narasi. Konon, di lautan Amerika dipercayai sebuah legenda. Ada seorang yang hidup di bawah laut. Dia selalu ada untuk menolong korban kecelakaan kapal di laut, terutama mereka yang sudah hampir putus asa diombang-ambingkan air selama berhari-hari dan merasa sendirian karena pertolongan yang tak kunjung datang.
Ini kisah seorang Jack Randall. Sebuah adegan mempertunjukkan Randall dan tim Penjaga Laut dan Pantai AS sedang mengevakuasi penumpang kapal yang karam di tengah laut lepas. Di antara mayat-mayat yang terapung, Helikopter berhasil menyelamatkan sepasang suami istri. Dalam perjuangan pasangan itu di tengah kepungan mayat-mayat, si suami berusaha merebut pelampung istrinya. Bahkan untuk melakukannya si suami mencekik leher istrinya. Mengetahui hal ini, dengan geram Randall meninju si suami agar pingsan dan tidak berulah hingga akan membuat proses evakuasi terhambat. Semua anggota tim sudah memutuskan meninggalkan lokasi karena yakin semua penumpang sudah tewas terapung-apung, tetapi sebuah tembakan api muncul dari permukaan. Berarti ada yang masih hidup! Randall ingin memeriksa sekali lagi dan ia memaksa diri turun kembali meskipun anggota tim lainnya menolak karena bahan bakar menipis.
Randall memeriksa satu-satu mayat yang terapung-apung itu. Akhirnya ditemukannya seorang pemuda yang pucat pasi dan hampir putus asa. Randall segera menalikan pemuda itu dalam keranjang evakuasi. Ketika itu tim di helikopter memperingatkan Randall untuk cepat-cepat menaikkan pemuda itu, namun tiba-tiba sebuah papan dari kapal yang karam terbang oleh ombak yang tinggi dan mengenai helikopter hingga si heli kehilangan kendali dan meledak di atas. Randall tertegun sejenak kemudian beralih memandang si pemuda yang semakin pucat dan ketakutan itu. “Kau akan baik-baik saja,” katanya sambil memeluk pemuda kuat-kuat pada sebuah keranjang yang sedianya akan ditarik helikopter. Baru saja ia membisikkan kata itu, tiba-tiba si pemuda dalam keranjangnya, tersedot ke dalam air dan hilang entah kemana. Rupanya karena ia masih terikat pada helikopter tadi, si pemuda ikutan nyungslep ke laut.
Seorang temannya yang berhasil selamat akhirnya meninggal dalam pelukkannya karena lamanya petolongan datang.
Peristiwa itu membuat Randall trauma berat dan harus rela tidak lagi melakukan tugas di laut. Atas petunjuk atasannya, Randall akhirnya menerima keputusan untuk mengajar di sekolah yang mencetak pada Guardian. Di lain pihak, istri Randall yang sudah capek ditinggal-tinggal dan diabaikan karena tugasnya, meminta cerai. Dalam keadaan dilematis ini, Randall tetap keukeh dengan panggilan hatinya, menjadi Guardian.
Guardian punya motto yang cukup menyentuh hati : So others may live (hingga orang lain bisa hidup!). Membayangkan makna motto mereka, jelas bahwa siapapun yang masuk ke sekolah Guardian hanya punya satu motivasi yakni panggilan hidup untuk menyelamatkan nyawa orang lain khususnya para korban kecelakaan di laut. Meskipun untuk menjadi Guardian, mereka harus menempuh pelajaran berat. Bertahan mengapung di kolam renang selama 1 jam, ditambah bongkahan es di dalamnya, berpasang-pasangan menyelam sambil memindahkan beban dan hanya diijinkan mengambil nafas ke permukaan sekali setelah yang lain mendorong beban itu ke depan, dsb. Nantinya mereka harus siap sewaktu-waktu mendapat panggilan berangkat ke laut lepas dan menolong para korban. Wuih....keren banget yak?
Seorang murid pria (maaf saya lupa namanya) yang diperankan Aston Kutcher menunjukkan prestasi cemerlang. Ia punya pengalaman pahit di masa lalunya hingga ia bertekad bisa menjadi The Guardian agar rasa bersalahnya terobati. Ketika masih kecil, ia kehilangan 2 temannya mati tenggelam ketika mereka sedang menaiki perahu di sebuah danau dan ia tak mampu menyelamatkan mereka.
“Berapa orang yang telah kau selamatkan?,” tanya pemuda itu pada Randall. Pertanyaan ini tak kunjung dijawab hingga suatu hari sang murid kembali menanyakannya dan Randal menjawab, “Dua Puluh Dua.” Murid itu tertegun heran, selama ini yang didengarnya Randall adalah pahlawan di laut, banyak orang sudah diselamatkan berkat jasanya, tetapi padanya Randall hanya menyebut angka sekecil itu? “Dua puluh dua yang tidak bisa kuselamatkan. Hanya itu yang selalu kuingat,” jelas Randall menjawab tanya di kepala muridnya.
Di bawah gemblengan Randall, pemuda itu termasuk satu dari segelintir murid yang berhasil lulus dengan baik. Tugas pertamanya menyelamatkan dua orang yang terjebak dengan kanonya di sebuah gua. Bersama Randall, ia turun ke laut dan mengeluarkan mereka dari dalam gua. Sang murid berhasil mengevakuasi, tidak demikian dengan Randall. Di tengah ia berusaha mencapai pintu gua bersama seorang korban, bayangan peristiwa ketika heli yang ditumpangi kawannya meledak, seorang pemuda yang akan ditolongnya nyungslep ke laut, kawannya harus mati di tengah lautan, terus membayangi hingga ia merasa takut. Akhirnya, si murid mencapai gua kembali dan membantu Randall & korban perahu kano keluar dengan selamat.
Sejak itulah, Randall memutuskan berhenti menjadi Guardian. Ia merasa dengan traumanya itu justru bisa mencelakakan orang lain. “Aku akan memancing saja,” katanya pada muridnya yang menahannya pergi. Randall pun menemui istrinya untuk menyerahkan surat cerai yang sudah ditandatanganinya dan cincin pernikahan mereka. Sebenarnya istri Randall sudah berpikir ulang untuk memaafkan dan kembali kepadanya tetapi mulutnya tak kunjung mengatakan hingga Randall meninggalkannya.
Dalam perjalanan untuk membereskan barangnya di kantor, Randall mendengar dari radio, ada kecelakaan kapal di laut dan sang murid sedang ditugaskan melakukan evakuasi. Namun murid itu justru terkunci di dalam dek kapal untuk menolong sang nahkoda, maka diperlukan seorang lagi Guardian untuk terjun menolongnya. Sayang tak ada anggota Guardian yang saat itu standby, kecuali Randall yang sudah memutuskan berhenti itu.
Segera Randall bergegas siap dengan perlengakapannya dan dibawa ke lokasi evakuasi. Singkat cerita, Randall berhasil mendobrak pintu dek dan mereka berdua keluar untuk naik ke heli. Ironisnya, si nahkoda dalam cerita itu akhirnya mati tertimpa tabung gas.
Di sinilah kisah akhir yang begitu mencekat tenggorokan itu dimulai. Ketika Randall dan sang murid sedang ditarik ke atas, mereka dengan satu tangan masing-masing berpegangan pada tali. Baru setengah perjalanan ditarik, talinya hampir putus. Sang murid panik dan berteriak agar tim di heli mempercepat penarikan. Tetapi tali tetap mengelupas sedikit-demi sedikit dan posisi Randall sudah hampir jatuh. Sang murid berkata, “Aku akan tetap memegang tanganmu. Bertahanlah,” teriaknya menyemangati gurunya.
“Tidak. Tali ini hanya cukup untuk satu orang. Itu berarti kau,” kata Randall sambil memandang sang murid yang masih panik. Randall pun melepaskan sarung tangannya dan ...jatuhlah ia kembali ke lautan nan gelap itu. Murid itu berhasil naik ke heli, sambil meratapi kepergian gurunya yang tak tampak lagi di permukaan. Setelah berhari-hari pencarian tidak membuahkan hasil, Randall pun dinyatakan hilang.
Hingga suatu ketika, jauh setelah insiden itu terjadi, sang murid yang telah menjadi The Gurdian sedang mengevakuasi seorang penumpang kapal karam. Ketika dibawa naik ke heli, si penumpang itu berkata, “Di mana dia? Di mana dia?”
“Dia siapa? Tidak ada orang lain selain Anda, pak,” jawabnya.
“Orang yang memakai baju oranye. Dia yang menyelamatkan saya tadi, dia terus menemani saya saat terombang-ambing di laut. Dia meyakinkan saya untuk tidak menyerah karena pertolongan pasti akan datang,” terangnya.
Sang murid pun kembali tertegun sambil melihat ke bawah. Ia teringat peristiwa ketika Randall, gurunya menceburkan diri ke laut demi dirinya waktu itu, Randall memakai baju dinas berwarna oranye. Sang murid tersenyum. Di bawah sana Jack Randall masih menolong orang. So, others may live! (*)

No comments: