Wednesday, August 3, 2016

My Me Time

Mowwwning....
Ini very late post alias pending lama. Waktu bikin hari Jumat hehe...
Lumayan lama gak cuap cuap pengen juga. Ini hari Jumat ceriaaa...hari kerja terasa pendek karena jam istirahatnya banyak, jadi bisa me time dulu jalan-jalan sendiri. Kenapa nggak rame-rame? Namanya juga me time, lebih asik sendiri, bebas berekspresi, mau kemana kita gak ngikat dan terikat dengan orang lain. Biasanya saya suka sight seeing ke Matahari Mal atau ke pasar besar haha...Cuma dua itu pilihannya di sini karena belum banyak Mal seperti di kota besar di Jawa.
Ngomong-ngomong tentang suka sendiri, saya kayaknya tipe true loner deh. Ini sudah jadi kebiasaan sejak dulu. Tepatnya sih lepas kuliah. Kemana-mana cenderung sendiri. Kalau orang sungkan atau malas makan di warung sendirian, saya enggak gitu. Ayo aja kalau memang pas lapar, saya suka makan sendirian. Ditatap aneh sering, tapi saya enjoy aja tuh. Kalau dulu waktu SMA sih sempat juga menikmati masa-masa bergerombol itu haha...menyenangkan waktu itu. Mungkin karena masih cindil ya, senang cekakak cekikik sama-sama. Makin ke sini kok rasanya nggak semudah itu menemukan lingkaran yang klik seperti dulu. Tapi nggak masalah karena udah telanjur suka merdeka alias independen.
Nah, jadi ingat juga soal independensi. Dulu waktu memutuskan kuliah di Solo karena diterima lewat jalur non-tes, saya minta ijin orang tua. Sebenarnya berat juga karena harus meninggalkan orang tua di Jogja, meski jaraknya cuma 50 km kalau ditempuh dengan bis sejam setengah sampai, tetep aja yang  biasanya jadi anak bapak ibu harus mandiri itu sesuatu banget. Tapi bapak mendukung bahkan beliau yang mengantar saya mengurus semua hal berkaitan dengan kepindahan saya ke Solo untuk kuliah. Kala itu saya dibonceng bapak naik motor, bolak-balik Jogja-Solo PP mulai dari daftar ulang, cari kos sampai mengantar pindahan. Masih ingat rasanya, terharu gitu. Ibu juga pada kesempatan pertama langsung memberi restunya. Malah mendiang ibuku menjanjikan beli TV  supaya saya nggak kesepian di kos. Dukungan mereka berarti banget dan saya yakin itu berdampak jauh hingga saat ini.
Ibu dan bapak adalah dua sosok yang mengagumkan buat saya. Masa kecil saya cengeng banget. Terlambat dijemput sekolah saja nangis, sampai guru terpaksa menunggui sampai saya dijemput. Pernah karena takut nggak dijemput, saya nekad ikutan teman pulang. Bukannya pulang ke rumahnya tapi malah dibawa ke rumah neneknya haha...alhasil saya pun dicariin bapak ibu kemana-mana kayak anak ilang beneran. Sorenya ortu kawan saya mengantar ke rumah dan menjelaskan duduk perkaranya haha...anak bawang bisa bikin trouble.
Tapi saya kagum pada pendekatan yang dilakukan bapak ibu saya dulu. Treatment mereka ke anak yang trouble maker kayak saya waktu itu sangat lembut jauh dari kekerasan seperti kebanyakan anak alami. Bapak justru sering mengajak saya keliling-keliling naik motornya, diajakin melihat kesenian seperti kethoprak atau membawa kami ke toko buku. Suatu waktu saya harus dicabut giginya, saya dijemput dari sekolah lalu dibawa ke warung makan, ah nggak biasanya agak curiga juga. Benar saja setelahnya bapak membawa saya ke Puskesmas dan di situ saya nangis sejadinya sampai heboh satu Puskesmas haha...indahnya mengingat cara orang tua saya menyayangi.
Begitupula ibu. Beliau sering memasak untuk keluarga kami. Masakan yang sampai sekarang masih saya ingat sekalipun beliau udah 17 tahun tiada, adalah ikan masak sambal balado dan brongkos. Hmm...sampai sekarang masih bisa mengecap membayangkan rasanya.
Kedua orang tua saya bukan tipe yang mengharapkan anak-anaknya selalu mendampingi mereka. Di kala saya harus memilih pendidikan, mereka mendukung keputusan saya untuk kuliah keluar kota. Saya tahu beratnya berpisah, ibu terutama harus sendiri melakukan pekerjaan rumah belum lagi jarang bertemu anaknya ini sampai beliau meninggal, itu sangat saya sesali tapi buat apa lama-lama menyesal kalau saya yakin Ibu saya pasti sudah bahagia bersama Tuhan di Surga.

Dari perpisahan yang beberapa kali terjadi itu, saya belajar mandiri dalam banyak hal. Belajar bersosialisasi dengan lingkungan baru dan itu banyak membantu saya dalam bertahan. Enggak cengeng lagi. Saya sadar situasi yang terpaksa selalu akan membuat seseorang bertahan. Saya juga jadi orang yang mau sendiri nggak masalah, mau bareng-bareng sama kawan juga oke. Nggak masalah karena dari sononya udah belajar to survive esven if you have to be alone. So, kalau ketemu saya lagi jelong-jelong sendiri, jangan heran ya hehe...that’s my real me time. I love me time, my alone time. 

Monday, June 13, 2016

Lucunya Sisi Religi Kita

Doc. Detikcom.
Coba deh lihat wajah ibu ini, apa perasaanmu?
Prihatin. Saya nggak pengen membahas tentang agama. Saya bukan orang religius, bukan juga orang suci tak bercela sehingga menilai keagamisan seseorang. Saya juga masih bolong-bolong beribadahnya. Saya prihatin dengan peristiwa razia warung milik seorang nenek di kota Serang oleh pasukan Satpol PP demi menegakkan Perda perihal warung yang harus tutup kala masa puasa berlangsung. Bukan masalah Perda nya, bukan juga masalah siapa harus menghormati siapa, karena kalau bicara tentang itu semua, udah banyak yang mengulas, yang membela dan bahkan saking membahas jadi ikutan fanatik. Bah! Memang di negeri ini orang suka banget ngotot sampai urat leher menonjol, pakai dalil-dalil bahkan ayat Kitab Suci yaaa anggap saja negeri ini negeri paling agamis. Sehingga masalah perut, sampai uban rambut pun mungkin akan dibahas dengan dalil agama. Harap maklum. Saya juga orang Indonesia hehe...jadi hapal.
Balik ke masalah razia tadi. Yang saya sayangkan cuma satu. Masalah cara saja. Kenapa sampai tidak manusiawi seperti itu ya? Apakah dalam Perda diatur juga sampai hal teknis jika ada yang buka warung di kala musim puasa, jika mereka berjualan sayur, sayurnya harus diwadahin dalam plastik, dicampuraduk, lalu entah dikemanakan, mungkin saja dibuang, atau (saya lebih yakin) ada yang membawanya pulang buat makan sekeluarga hehe...bukan kah lebih ada cara yang manis. Ditegur dulu, siapa tau si ibu ini memang tidak paham isi Perda, mungkin juga nggak pernah tau ada Perda itu. Kalau masih ngeyel, diberikan peringatan, ngeyel lagi baru diangkut se panci-pancinya, nggak usah sampai disok (dituangkan) di plastik seperti ditayangkan di televisi berulang-ulang itu. Miris rasanya melihatnya. Bagaimanapun si ibu ini sudah meneteskan keringat sejak pagi untuk mengolah masakan sebanyak itu, mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, mungkin untuk biaya hidup yang tak bisa ditunda, ibu ini sudah mencari rejeki dengan cara yang halal. Mungkin ada kaum non Muslim yang meski sedikit jumlahnya (minoritas di wilayah tsb) yang memerlukan masakan si ibu. Bukankah si ibu ini sudah berbuat baik dan bisa jadi mendapatkan pahala menurut ukuran Tuhan bukan manusia.
Doc. Okezone.com
Yah itulah kalau setiap perbuatan harus mendapatkan pengakuan dari manusia, rasanya hidup jadi malah bukannya damai tapi ribet. Memberi, harus dilihat orang, beribadah harus diketahui orang. Mungkin bukan cuma kaum Muslim, kaum non Muslim pun bisa jadi pernah melakukan semua itu. Berpuasa atau berpantang harus diumumkan, dalam hati kecil supaya orang lain menghormati dengan tidak mengiming-imingi makanan/minuman yang bisa membatalkan niat mereka. Sungguh sebuah kelucuan sebuah sisi religi kita.

Bagi saya, agama apapun itu selalu cinta harmoni dan damai. Hanya penafsiran setiap individu yang membedakannya. Saking bedanya, menumbuhkan fanatisme, fanatisme melahirkan kebencian jika tidak diantisipasi. Yang paling penting buat saya adalah sisi kemanusiaan seseorang, bagaimana kita memperlakukan orang lain dan ciptaan Tuhan yang lain. Dari situ kita baru tertarik mengetahui apa agamanya, indah benar sikap orang tersebut yang pasti lahir dari penafsirannya pada ajaran agamanya. Bukankah lebih afdol demikian? Daripada membuat aturan main dan memaksakan kepada orang lain, jadinya brutal. Ketika orang melihat, apa agamanya? Bukankah yang kena bukan orang itu, tapi penilaian orang terhadap agama tersebut jadi lebih buruk. So...mau pilih yang mana? Terpulang ke hati nurani. (*)

Thursday, June 9, 2016

Tujuh Tahun Aku Kemana? Helooo... (Part 2)

Suasana kerja pun lambat tapi pasti sudah mengalami banyak perubahan. Dulu yang saya rasa tidak ada pekerjaan, ternyata adalah proses sementara saja, yang notabene dialami CPNS baru, semacam perploncoan halus lah hehe...bosan bikin stress kalau biasa kerja di swasta yang dintuntut target dan berdinamika. Di dunia PNS awalnya terasa flat banget. Tapi semakin ke sini, pimpinan mulai memberi tugas dan tanggung jawab baru. Setahun pertama yang membosankan, berubah jadi tahun-tahun penuh kerja keras! Awalnya tahun 2011 saya diminta mengerjakan perencanaan. Bukan masalah karena dulu pun saya belajar menyusun perencanaan program di kantor lama, jadi masih bisa sedikit diterapkan. Mulai dari menyusun Rencana Strategis (Renstra), Rencana Kerja (Renja) sesuai Visi Misi SKPD, menerjemahkannya dalam program/ kegiatan sampai pada penyusunan RKA (Rencana Kerja dan Anggaran) dan DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran). Biasanya tugas ini saya kerjakan bersama dua rekan lainnya di tengah tahun dan akhir tahun. Tengah tahun mulai membahas RKA untuk tahun depannya lagi. Akhir tahun membahas DPA Perubahan. Dari situ saya belajar bagaimana anggaran itu diproses, digodok melalui pembahasan berulang kali bersama DPRD, direvisi untuk kemudian disahkan. Cukup rumit prosesnya untuk sampai pada pengesahan. Bolak balik diinput ulang dalam aplikasi jika diperlukan. Malam hari pun kadang harus turun kantor untuk mengerjakan perubahan. Kadang kala tugas ini menimbulkan percekcokan dengan suami karena tugas domestik saya terganggu jika harus mendadak turun kantor di hari libur atau malam hari. Berutung dua kawan saya laki-laki semua, mereka memahami keadaan saya dan menggantikan posisi saya jika tidak bisa.
Belum lagi ditambah tugas sebagai sekretaris Kepala Biro (Karo) kala itu. Makin menambah volume kerja saya. Setiap hari saya mengurus keluar masuk surat dan dokumen penting lainnya untuk Karo. Mendisribusikan surat tersebut jika sudah diberikan lembar disposisi (petunjuk) dari pimpinan ke bagian lain di kantor.  Saya dulu masuk kantor pagi sekali, jam 6.30 sudah ada di meja kerja, pokoknya kalau bisa sebelum bos datang, dan pulang ketika bos sudah pulang juga kira-kira jam 16.00 bisa juga lebih jika bos masih betah di ruangan. Terkadang iri juga melihat kawan-kawan bisa mobile ke sana kemari. Sebenarnya bos itu fleksibel juga, boleh kok datang terlambat atau pulang lebih dulu asal memberi tahu. Tapi saya aja yang nggak enak hati. Kala itu bos saya banyak hehe...ada Kepala Sub Bagian dan Kepala Bagian, plus Kepala Biro itu. Untunglah mereka asyik aja, paham dengan keadaan anak buahnya ini.
Meskipun banyak yang dikerjakan tapi saya senang karena merasa makin ada dinamika kerja dan saya lebih senang capek karena kerja daripada capek karena seharian duduk manis. Gaji mulai stabil di tahun kedua bekerja karena sudah sah menjadi PNS setelah melalui Diklat Pra jabatan selama 2 minggu. Proses panjang menjadi PNS berakhir menyenangkan, paling tidak waktu itu sudah bisa menyusun keuangan rumah tangga disesuaikan dengan jumlah gaji baru yang dua koma (waktu CPNS masih satu koma).
Barang-barang aset daerah yang udah rusak
kayak gini pun
 hrs terdata dan dilaporkan.
Di tahun yang sama, tugas tambahan lainnya diberikan bos, yakni menjadi Pengurus Barang (Aset Daerah). Awalnya iya iya saja. Saya pikir masih bisa lah saya kerjakan di antara dua tugas lainnya itu. Semakin hari ternyata beban kerja saya bertumpuk dan rasanya tidak sanggup lagi untuk melaksanan semuanya. Saya mulai merasa ada yang salah kalau saya mengerjakan semua. Artinya distribusi pekerjaan tidak berjalan baik, dan parahnya saya menyanggupinya terus. Berarti saya juga salah. Akhirnya beban kerja itu mulai ringan ketika saya hamil anak kedua di tahun 2014 itu. Bos mendelegasikan tugas perencanaan ke kawan pegawai baru di kantor. Tugas kesekretariatan untuk Kepala Biro juga dibebaskan dari saya. Jadi praktis saya hanya menangani masalah barang alias masih menjadi pengurus barang sampai sekarang.
Pernah mengerjakan tugas administratif mengajarkan saya banyak hal. Dalam hal surat menyurat misalnya, ternyata ada tahap-tahap yang harus dilewati sepucuk surat sehingga sampai kepada pimpinan tertinggi (Gubernur) dan sebaliknya dari Gubernur kepada masyarakat. Tahapan itu dinamakan disposisi. Setiap lembar disposisi mengandung arahan dari pimpinan di tiap bagiannya. Surat/dokumen dibuat dan diketahui mulai dari staf pelaksana, Kasubag, Kabag, Kepala Biro, Asisten Sekda, Sekda, Gubernur dan sebaliknya jika sudah diacc alias oke, akan diturunkan lagi dari Gubernur ke SKPD sebagai leading sectornya, di sana surat akan diproses ke bagian-bagian lagi sampai direspon sesuai harapan. Pokoknya memang itulah birokrasi sejatinya tahap-tahapan yang bikin lama proses, tapi apa boleh buat demikianlah sistem berlaku.
Dalam hal mengurus barang saya jadi tahu ternyata kursi yang saya duduki ini dibeli dengan uang negara, oleh karena itu setiap barang di kantor ini harus didata dan selalu diawasi pindah tangannya. Prosesnya lebih rumit daripada surat menyurat atau perencanaan, karena setiap melakukan pencocokan data, bisa empat lima kali berubah! Ini karena kroscek bertahap (lagi), jadi nggak heran kalau akhirnya banyak file dengan nama mirip. Udah final, final 1, final 2, final yg dipakai halaah...lebih njelimet menurut saya. Belum lagi jika ada pemeriksaan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) setiap tahunnya, siap-siap aja jadi sampel. Mereka akan memeriksa setiap barang yang diakui sebagai rusak berat dan akan dihapuskan, mana barangnya. Ya kalau barang baru masih bisa ditelusur, lebih banyak barang lama alias warisan dari jaman bahula, pening kalau udah gitu.  Begitulah serba-serbinya pekerjaan baru saya di kota yang baru Palangkaraya.

Kalau ada yang menilai PNS itu suka makan gaji buta, beberapa ada benarnya tapi setelah saya nimbrung jadi PNS, anggapan itu tidak seluruhnya benar. Masih lebih banyak lagi PNS dengan dedikasi kerja tinggi lho. Tanpa bermaksud menyombongkan diri tentu saja, saya masih jauh lah di banding kawan PNS lainnya di kantor. Mereka bahkan sesuai tugasnya harus merelakan banyak waktu tersita di kantor seperti bagian keprotokolan misalnya. Kalau saya, ada atau tidak ada kerjaan, saya memang tipenya suka ke kantor haha...saya menyebutnya me time. Di kantor disamping mengerjakan tugas, bisa ngobrol dengan kawan sekerja, bisa internetan juga, pokoknya bekerja itu asyik menurut saya, daripada cuma duduk-duduk atau tiduran aja. Meskipun kalau dapat libur jelas senang juga lah....pas hari kerja, ya kerja aja gitu. (*) 

Tujuh Tahun Aku Kemana? Helooo... (Part 1)

Helooo....
Keluarga kecilku
Memencet keyboard untuk menulis itu perjuangan banget. Coba tengok kapan terakhir saya menulisi blog ini. Tahun 2009!! Ya, it was soooo long time ago! Saya nggak percaya produktivitas menulis saya drop alias terjun bebas sebebas-bebasnya. Nggak sempat. Terlalu sibuk. Nggak ada ide. Itu semua alasan untuk mengatakan saya malas. Padahal ada berdus-dus kisah yang sayang banget dilewatkan begitu saja. Dan jika harus merewind atau putar ulang rasanya nggak segreget saat peristiwa itu terjadi. Nyesel...nyesel banget. Pas buka blog ini dan baca beberapa cerita masa lalu, sungguh ternyata bikin kenangan itu terasa nempel banget. Baper istilah sekarang. Membaca judul oleh-oleh cuti yang berisi pengalaman melahirkan misalnya, bikin saya ikut merasakan lagi masa-masa jadi ibu baru. Tulisan saya bernyawa banget minimal buat saya hehe...jadi menyesal banget rasanya. Dari tahun 2010 sampai 2016 banyak banget yg mesti diceritakan. Tapi dari mana ya? Oke  saya coba rangkum dalam beberapa bagian ya.
Terakhir saya nulis di th 2009 itu masa-masa galau antara saya dan anak ikut suami ke Palangkaraya Kalimantan Tengah (kota asalnya) untuk bekerja, atau tetap tinggal di Jawa dan LDR sama suami. Dengan berbagai pertimbangan akhirnya saya putuskan mengikuti suami pindah ke Palangkaraya catatannya saya harus bekerja juga.  Puji Tuhan kami berdua dapat anugerah bisa sama-sama  jadi PNS di sini. Beralih atmosfer mulai dari lingkungan rumah baru, keluarga besar baru, sampai dunia pekerjaan yang nggak pernah terpikirkan sebelumnya. Jadi PNS, dulu ketawa sih, nggak suka lihat seragam coklat. Maklum dulu kerja di LSM, yang sering dibilang oposisinya pemerintah. Lha kok endingnya kecemplung juga di dunia ini. Awalnya karena terpaksa karena disuruh ikut tes CPNS. Pikir-pikir ya sudahlah nggak ada ruginya juga. Nothing to lose. Nggak lolos juga no problem. Malah sebelum pindah, pikiran saya udah pengen kerja di lembaga konservasi macam BOS (Borneo Orangutan Survival) aja, lebih suka dunia yang tidak berhubungan kaku dengan birokrasi. Tapi entah Tuhan mungkin punya rencana lain, akhirnya saya nyemplung di dunia birokrasi juga. Awal kepindahan berat badan turun drastis jadi langsing hehe...karena kondisi psikologis yang terpengaruh akibat perubahan mendadak, terutama di dunia kerja. Bayangkan, biasa menghadap laptop, menulis laporan, menyusun buletin, melakukan perjalanan ke wilayah pelayanan lembaga dulu, kemudian tiba-tiba berseragam coklat khaki ala PNS itu, duduk manis di belakang meja, tidak ada fasilitas satu pun kecuali meja kursi itu, diam hanya bicara kalau ada kawannya, dan disuruh fotokopi aja. Stress adanya juga, pokoknya masih penuh dengan tidak krasannya. Tapi harus bertahan demi survive dapur keluarga baruku. Belum lagi harga-harga di Palangkaraya yang jauh beda dengan di Jawa. Baru sadar dulu kurang bersyukur ya waktu tinggal di Jawa bisa beli ini itu dengan harga super miring. Makan di sana delapan-sepuluh ribu udah dapet menu lengkap plus air teh, di sini harus merogoh kocek 25ribu an untuk menu normal alias pakai lauk ayam atau telur. Btw, di sini tempe dikategorikan bukan lauk haha...itu cemilan. Jadi kalau saya makan sayur pakai tempe, masih akan ditanya “Ikannya apa?”
Masalah sandang juga begitu, sy masih ingat beli hem batik di Ramayana seharga 50ribu, itu udah bagus bahannya, awet pula sampai sekarang. Di sini jangan cari baju batik seharga itu. Rata-rata harganya 100rb an ke atas untuk sepotong hem batik. Itu pun bahannya tidak terlalu bagus karena dicuci mesin sekali aja bisa robek. Masalah rekreasi juga hal berikutnya yang bikin bete awalnya tinggal di sini. Minim sekali tempat-tempat wisata. Di sini lebih banyak wisata alamnya, kolam mancing, sungai besar dan taman kota. Mal besar tidak ada, hanya supermarket dan mal berukuran sedang, kabar baiknya ada bisokop 21!
Dalam hal penyesuaian, bisa dikatakan sy lumayan lama menerima kenyataan haha...kurang lebih 2 tahun baru saya bisa sangat menikmati irama hidup di kota ini. Lambat laun berat badan mulai normal kembali dan malah over haha...apalagi setelah melahirkan anak kedua pada tahun 2014 lalu.

Dua anak saya, Valereo dan Gracia
Anak kedua saya perempuan, namanya Gracia Renanda Tumon. Lahir tanggal 29 Agustus 2014 di sebuah klinik bersalin. Jarak dengan kakaknya terbilang lama, kurang lebih 6 tahun. Jadi anak kedua ini memang permohonan doa yang dikabulkan Tuhan, setelah lama rindu suara bayi lagi dan merasa anak pertama sudah siap dengan adik baru. Lengkaplah keluarga kecilku sekarang, dua anak laki dan perempuan, Puji Tuhan... (bersambung)

Tuesday, January 13, 2009

Keranjang Takakura

Hm...apaan tuh? Mungkin udah banyak yang tahu ya, tapi suer ini baru kali pertama saya denger pas pertemuan PKK kemarin hehe.... Ternyata, Keranjang Takakura adalah istilah untuk proses pembuatan pupuk kompos dari limbah rumah tangga. Jadi sisa-sisa makanan, seperti nasi yang basi, sisa ikan, ayam, kulit telur dan buah yang lunak (kulit salak tidak termasuk lho) bisa diolah menjadi kompos. Hehe...menarik. Daripada limbah meja makan menuhin TPS (Tempat Pembuangan Sampah), bagus juga ini penemuan dibuktikan ya. Alkisah, seorang peneliti dari Jepang namanya Mr. Takakura yang melakukan penelitian di Surabaya untuk mencari sistem pengolahan sampah organik tanpa menimbulkan bau dan cairan. Mr. Takakura mengambil sampah rumah tangga yang kemudian dipilah dan dibuat percobaan untuk menemukan bakteri yang sesuai untuk pengomposan tak berbau dan kering. Hasilnya adalah sebuah metode yang diberi nama "Takakura Home Method" atau dikenal istilah "Keranjang Takakura" tadi.

Cara membuatnya sederhana, menurut penjelasan dari narasumber di arisan PKK itu. Ada beberapa peralatan yang diperlukan antara lain :

- Keranjang cucian yang berlubang-lubang (contoh fotonya di atas saya unduh dari internet juga)

- Kardus

- Spatula Kayu/sebilah kayu untuk mengaduk

- Serabut kelapa/sekam

- Kompos lama sebagai aktivator (kompos starter)

Cara pembuatan :

1. Masukan kompos starter ke dalam keranjang cucian yang sudah dilapisi oleh kardus (minimal sepertiga tinggi keranjang).

2. Benamkan sampah dapur/sampah dari meja makan yang sudah dicacah ke dalam kompos sampai tidak terlihat,

3. Lakukan terus hingga keranjang penuh. Perlu diingat, sebelum sampah baru dimasukkan, timbunan lama diaduk-aduk untuk memberi udara segar ke bagian bawah kompos.

4. Pengomposan berjalan bila adonan menjadi panas ketika diraba atau keluar uap air ketika diaduk.

5. Jika bahan kompos terlalu basah, taburilah dengan serbuk gergaji. Kemudian adonan diaduk merata sampai ke bawah.

6. Jika keranjang kompos penuh, isinya dapat dipindahkan ke wadah yang lebih besar untuk proses pematangan.

7. Kompos yang sudah jadi diayak dengan ayakan kawat 0,5cm. Kompos halus dapat digunakan sebagai pupuk. Sisa yang kasar dapat digunakan sebagai aktivator keranjang.

Wuidiih simpel tahapannya yak, pengeen banget nyobain nih. Kalo lihat di gambar cara bikinnya sih kayaknya mudah huehehe...tapi blm tentu di tangan saya sukses :( Bagus juga jadi agenda kegiatan tambahan, bikin keranjang Takakura. Mudah-mudahan terlaksana ya, doakan :D

Buat temen-temen yang udah pernah coba bikin Keranjang Takakura ini, boleh dong dishare pengalamannya sama saya, sekalian juga gimana langkah-langkahnya pas praktek langsung, mungkin ada hal-hal yang terjadi di luar skenario?

Thursday, December 18, 2008

Libur Dulu Yach ^__*

Dear visitors,

Terima kasih udah singgah di SatuBumi. Pengumuman nih, SatuBumi mau libur dulu yach. Mo mudik ceritanya. Liburnya cuma 2 minggu aja, mulai tanggal 20 Desember 2008 - 3 Januari 2009. Habis liburan itu, layanan kepada para visitors bakal dilanjutin seperti sedia kala. Buat yg sekedar jjs di SatuBumi silakan, dengan senang kami menyambut Anda.

Oya, tak lupa SatuBumi mengucapkan "Selamat Natal" bagi visitors yang merayakannya dan "Selamat Tahun Baru 2009". Terima kasih untuk Anda yang udah mampir selama ini. Semoga sukses senantiasa di tangan Anda.

Salam....

SatuBumi owner

Monday, October 27, 2008

Ngakak Sepanjang Jaman


Awalnya dapat kiriman imel dari tetangga, ngingetin saya tentang masa lalu yang bernuansa nasional, soalnya dijamin semua anak-anak SD angkatan tahun 90-an pasti masih ingat dengan buku-buku berikut ini. Ngakak juga lihatnya, dinamakan buku paket karena kalau nggak salah dulu memang dapat sepaket pinjaman dari sekolah. Ada capnya Departemen P & K dan itu harus dikembalikan kalau sudah selesai. Hm...kalau saya nggak salah lho, agak lupa sih.

Saya nggak terlalu paham benar mengapa semua harus seragam, tiga serangkai itu Budi, Wati dan adiknya, Bapak Budi, dsb. Jadi ingat juga, pola menggambar yang hampir serentak : dua gunung, hamparan sawah, awan menggumpal dan matahari di antara dua gunung (fiuh...). Apa lagi yang kira-kira secara seragam mengingatkan kita akan masa SD nan ceria? Oh ya, mungkin lagu pilihan kalau harus menyanyi ke depan kelas, biasanya lagu Ampar-ampar Pisang...iya nggak sih? Hihihi...