Mowwwning....
Ini very late post alias pending
lama. Waktu bikin hari Jumat hehe...
Lumayan lama gak cuap cuap pengen
juga. Ini hari Jumat ceriaaa...hari kerja terasa pendek karena jam istirahatnya
banyak, jadi bisa me time dulu jalan-jalan sendiri. Kenapa nggak rame-rame?
Namanya juga me time, lebih asik sendiri, bebas berekspresi, mau kemana kita
gak ngikat dan terikat dengan orang lain. Biasanya saya suka sight seeing ke
Matahari Mal atau ke pasar besar haha...Cuma dua itu pilihannya di sini karena
belum banyak Mal seperti di kota besar di Jawa.
Ngomong-ngomong tentang suka
sendiri, saya kayaknya tipe true loner deh. Ini sudah jadi kebiasaan sejak
dulu. Tepatnya sih lepas kuliah. Kemana-mana cenderung sendiri. Kalau orang
sungkan atau malas makan di warung sendirian, saya enggak gitu. Ayo aja kalau
memang pas lapar, saya suka makan sendirian. Ditatap aneh sering, tapi saya
enjoy aja tuh. Kalau dulu waktu SMA sih sempat juga menikmati masa-masa
bergerombol itu haha...menyenangkan waktu itu. Mungkin karena masih cindil ya,
senang cekakak cekikik sama-sama. Makin ke sini kok rasanya nggak semudah itu
menemukan lingkaran yang klik seperti dulu. Tapi nggak masalah karena udah
telanjur suka merdeka alias independen.
Nah, jadi ingat juga soal
independensi. Dulu waktu memutuskan kuliah di Solo karena diterima lewat jalur
non-tes, saya minta ijin orang tua. Sebenarnya berat juga karena harus
meninggalkan orang tua di Jogja, meski jaraknya cuma 50 km kalau ditempuh
dengan bis sejam setengah sampai, tetep aja yang biasanya jadi anak bapak ibu harus mandiri
itu sesuatu banget. Tapi bapak mendukung bahkan beliau yang mengantar saya
mengurus semua hal berkaitan dengan kepindahan saya ke Solo untuk kuliah. Kala
itu saya dibonceng bapak naik motor, bolak-balik Jogja-Solo PP mulai dari
daftar ulang, cari kos sampai mengantar pindahan. Masih ingat rasanya, terharu
gitu. Ibu juga pada kesempatan pertama langsung memberi restunya. Malah
mendiang ibuku menjanjikan beli TV
supaya saya nggak kesepian di kos. Dukungan mereka berarti banget dan
saya yakin itu berdampak jauh hingga saat ini.
Ibu dan bapak adalah dua sosok
yang mengagumkan buat saya. Masa kecil saya cengeng banget. Terlambat dijemput
sekolah saja nangis, sampai guru terpaksa menunggui sampai saya dijemput.
Pernah karena takut nggak dijemput, saya nekad ikutan teman pulang. Bukannya
pulang ke rumahnya tapi malah dibawa ke rumah neneknya haha...alhasil saya pun
dicariin bapak ibu kemana-mana kayak anak ilang beneran. Sorenya ortu kawan
saya mengantar ke rumah dan menjelaskan duduk perkaranya haha...anak bawang
bisa bikin trouble.
Tapi saya kagum pada pendekatan
yang dilakukan bapak ibu saya dulu. Treatment mereka ke anak yang trouble maker
kayak saya waktu itu sangat lembut jauh dari kekerasan seperti kebanyakan anak
alami. Bapak justru sering mengajak saya keliling-keliling naik motornya,
diajakin melihat kesenian seperti kethoprak atau membawa kami ke toko buku.
Suatu waktu saya harus dicabut giginya, saya dijemput dari sekolah lalu dibawa
ke warung makan, ah nggak biasanya agak curiga juga. Benar saja setelahnya
bapak membawa saya ke Puskesmas dan di situ saya nangis sejadinya sampai heboh
satu Puskesmas haha...indahnya mengingat cara orang tua saya menyayangi.
Begitupula ibu. Beliau sering
memasak untuk keluarga kami. Masakan yang sampai sekarang masih saya ingat
sekalipun beliau udah 17 tahun tiada, adalah ikan masak sambal balado dan
brongkos. Hmm...sampai sekarang masih bisa mengecap membayangkan rasanya.
Kedua orang tua saya bukan tipe
yang mengharapkan anak-anaknya selalu mendampingi mereka. Di kala saya harus
memilih pendidikan, mereka mendukung keputusan saya untuk kuliah keluar kota.
Saya tahu beratnya berpisah, ibu terutama harus sendiri melakukan pekerjaan
rumah belum lagi jarang bertemu anaknya ini sampai beliau meninggal, itu sangat
saya sesali tapi buat apa lama-lama menyesal kalau saya yakin Ibu saya pasti
sudah bahagia bersama Tuhan di Surga.
Dari perpisahan yang beberapa
kali terjadi itu, saya belajar mandiri dalam banyak hal. Belajar bersosialisasi
dengan lingkungan baru dan itu banyak membantu saya dalam bertahan. Enggak
cengeng lagi. Saya sadar situasi yang terpaksa selalu akan membuat seseorang
bertahan. Saya juga jadi orang yang mau sendiri nggak masalah, mau
bareng-bareng sama kawan juga oke. Nggak masalah karena dari sononya udah
belajar to survive esven if you have to be alone. So, kalau ketemu saya lagi
jelong-jelong sendiri, jangan heran ya hehe...that’s my real me time. I love me
time, my alone time.