Thursday, March 29, 2007

Sorry or Maaf?

Tak sedikit di antara kita (termasuk saya) di negeri Indonesia ini, yang kalau ngrasa salah atau ditegur orang lain karena berbuat salah, bukannya bilang “Maaf, ya” tapi “Sorry ya”. Ya nggak salah sih secara substansi. Dua-duanya sama-sama dimaksudkan untuk meminta maaf pada orang lain. Bedanya yang satu pakai bahasa Inggris. Tapi, meskipun sama maknanya kayaknya lidah kita lebih ngrasa nyaman bilang sorry dibanding maaf. Pada kata maaf, rasa-rasanya di dalamnya terkandung unsur ketulusan dan pernyataan yang sungguh-sungguh bahwa kita menyesal dan tidak gengsi meminta pengampunan. Sedangkan pada kata sorry (apalagi kalau kita bilang sorry pada sesama orang Indonesia), kesannya terasa sebenarnya kita berbasa-basi saja, tidak benar-benar ingin meminta maaf, ada unsur gengsi atau malu-malu mengakui kesalahan kita.
Bobot kesungguhan pada kata maaf dan sorry itu jadi beda. Kadangkala mengakui kesalahan dan berkata “Maaf” kepada orang lain sungguh memerlukan keberanian. Biasanya kita selalu merasa benar. Kalaupun kita memang salah, kita seringkali meyakinkan diri bahwa pihak kita (sebenarnya) sudah benar dan orang lain saja yang salah menanggapi atau parahnya kita malah tidak peduli. Kita lalu mencari-cari alasan untuk bisa membenarkan diri.
Di sebuah harian nasional, pada satu halaman yang sama, saya menemukan 2 artikel dengan judul besar berbunyai “ Eurico Guteres Meminta Maaf “ dan “Menteri Pertahanan Malaysia Minta Maaf “. Masing-masing menyangkut masalah yang berbeda, Guteres berhubungan dengan kasus pelanggaran HAM di Timor-Timur sedangkan Menhan Malaysia berhubungan dengan kasus Ambalat. Bukanlah sebuah ketidaksengajaan rasanya kalau judul kedua artikel itu ditulis besar hingga menarik perhatian mata untuk membaca isinya. Media ini mengangkat “Maaf” mereka sebagai sesuatu yang menunjukkan sikap ksatria yang bermakna tulus dan patut dihormati. Ketika selesai membacanya, orang bukannya mencemooh tapi justru merasa lebih menghargai pernyataan sikap ini.
Jadi moral ceritanya apa nih? Ya jangan sungkan kita melatih diri untuk benar-benar meminta maaf bila kita melakukan kesalahan. Sekecil atau sesepele apapun kesalahan itu menurut kita, bisa jadi bagi orang lain sudah sangat menyakitkan. Saking menyakitkannya, sampai kata “sorry” pun tidak cukup. Pilihan kata “maaf” untuk menyatakan penyesalan lebih tepat. Ya mirip-mirip dengan kebiasaan mengungkapkan rasa sayang misalnya pada pacar atau orang tua. Alih-alih menggunakan “Aku sayang kamu” kita lebih enak pake “I love you”. Sama-sama maknanya tapi lebih dalam yang mana?
Ini pendapat dari kacamata saya lho, sifatnya lebih subyektif. Nggak semua yang saya utarakan ini benar menurut orang lain. Yah, kalau gitu, saya minta maaf kalau pendapat ini terlalu menggurui.(*)

No comments: